Friday, May 6, 2011

Memaknai Tabir Risalah

Jika manusia berharap akan sesuatu berarti dia akan mengalami sebuah perubahan atas keinginannya, setidaknya ia mengharapkan sebuah perubahan ke arah yang lebih baik pada dirinya. Manakala harapan itu terus difikirkan dan di upayakan dengan usaha yang maksimal tanpa mengenal lelah. Adalah harapan yang akan membuahkan hasil yang tidak jauh dari angan yang dimunculkan. Akankah ada sebuah harapan yang dikelola dengan usaha yang keras membuahkan sebuah kenyataan yang berbeda atau di luar bahkan tidak terduga akan melenceng dari  pemikiran bahkan jauh bukan apa yang diharapkan. Itu semua adalah kenyataan dari Illahi,  bahwa setiap yang mati pasti akan mengalami hidup dulu dengan segala suka maupun duka. Mengalami pahit dan getirnya menjadi manusia yang lemah, menjadi sebuah kedewasaan yang akan membimbing setiap insan mendekat bersama keimanannya walaupun entah kapan setiap orang menjumpainya. Setidaknya apa yang di takdirkan oleh yang menguasai hidup menjadi wahana untuk menaruh wajah kita pada tempat yang semestinya, yaitu sebuah hal yang di nilai baik.

Apabila banyak orang berfikir tidak jauh beda dari apa yang di paparkan di atas, pastilah kehidupan di muka bumi ini akan berjalan dengan semestinya yaitu tidak adanya kenikmatan yang berlandaskan penderitaan orang lain. Apabila banyak orang menjadi baik, pastilah tidak ada uang yang akan tercecer di jalan di ambil orang lewat. Jikalau setiap insan yang sholat menjadikan sholatnya menumbuhkan pola fikir yang baik, tidak karena sholatnya memberikan contoh tentang kepribadiannya. Tidaklah setelahnya berjalan di muka bumi dengan menyandang sebuah tumpukkan amaliah dan beratnya timbangan kebaikan. Dan berfikirnya tidak bisa disamakan dengan orang lain yang tidak tahu. Sungguh sangat tragis, loyalitas kita dalam melaksanakan sholat gugur karena banyak faktor di sekeliling kita.
Jalan menuju masjid mungkin bisa terjangkau dengan mudah, tapi jalan menujuNya akan sangat sulit dan tidak bisa dilakukan secara jama'ah. Ini sebuah nilai amaliah yang memberikan makna dan balasan yang berlipat apabila berjama'ah dalam kebaikan. Dan ini pula memberikan gambaran bahwa makmum kita terhadap imam tetap akan di nilai bahwa kita sholat secara personal menghadap Allah.
Sebagai contoh rutinitas sholat jum'at umat Islam. Ibadah yang dilaksanakan setiap hari jum'at oleh seluruh umat Islam di dunia adalah terkandung maksud bahwa kita adalah muslim yang bersaudara, ada saatnya berkumpul bersama dengan khusyuk berdampingan dengan malaikat memuji Allah SWT. Bahwa kita sesama manusia mempunyai derajat yang sama. Entah itu kaya, miskin, tua, muda, jendral, rakyat, aparat, orang lewat, presiden, tukang cukur, ulama, santri, preman, pengusaha, pemulung dan lainnya. Adalah satu tujuan bersama berdo'a dan berwasiat saling mendo'akan.
Di sinilah akan kelihatan bahwa siapapun punya hak melakukan kewajiban sholat jum'at di manapun di rumah Allah baik itu memberikan recehnya ataupun memberikan ceknya di kotak. Semua akan di nilai sama oleh Allah selama mereka bersatu untuk berjama'ah. Nilai ukhuwah ini memberikan makna bahwa tonggak spriritual kebersamaan adalah lewat media-media yang selalu istiqomah. Namun seringkali kita melupakannya apabila istiqomah kita akan mengalami perubahan mendasar kepada kepribadian kita.
Kenapa memotong kuku dalam sunnahnya bahwa setiap kurun waktu 7 hari kita harus membersihkan kotoran yang ada di ujung kuku kita baik yang tersirat ataupun tersurat walaupun setiap lima waktu dalam seminggunya kita tetap sholat, bahwa tangan dan kaki selama seminggu sudah berjalan sesuai hati ataukah sesuai keinginan nafsu. Kenapa memakai wewangian mengandung arti bahwa sebuah nilai kebersamaan adalah dengan wewangian yang akan masuk dalam rongga hidung dan masuk ke sanubari sehingga apa yang diwasiatkan akan ternggelam dalam hati. Memakai pakaian putih terkandung maksud manakala dia teringat akan banyaknya dosa dalam kurun waktu seminggu, dia akan melunturkannya dengan sucinya niat kita menghadap Allah untuk menerima dan mengharap tulisan amaliah baik dari malaikat. Membasuh seluruh badan kita bahwa semua kebaikan yang akan di wasiatkan nanti tidaklah akan lepas karena keringat kita yang bersimbah darah dosa. Sehingga suara kebaikan enggan menempel di jasad. Tapi menurut saya banyak sekali yang tidak mengingat ini semua. malah yang di ingat bagaimana melaksanakan tugas malam jum'atnya alias sunnah rosul bersama pasangan kita, mau berapa ronde. Mau buat anak laki-laki atau perempuan atau hanya sekedar beradu cairan di lantai. Dan selanjutnya duduk mendengarkan khotbah dengan nikmatnya sambil merem melek kelelahan.

Bukan itu semua yang dimaksud dalam ornamen tulisan ini, tapi setidaknya bahwa nilai amaliah yang rutinitasnya dilakukan setiap muslim ini menjadikan sebuah warna hati kita tidak mudah pudar dengan warna recehan uang yang setiap saat sangat dibutuhkan untuk pergi ke masjid sholat jum'at bahkan mungkin lupa dengan sholatnya karena saking asyiknya bercumbu dengan fuluz. Mengandung maksud yang lebih mendalam bahwa budaya pola fikir yang selalu berpolitik dalam segala kepentingan hidupnya akan dikurangi, bahkan bisa dihilangkan untuk menumbuhkan kebaikan bersama, mempunyai hati nurai dan empati yang terbaik untuk kelangsungan kebersamaan. Ini yang akan menjadikan sebuah sakralnya setiap ibadah dan amaliah yang lain karena setiap melaksanakannya akan di masukkan dalam koridor hati dan selanjutnya di amalkan menjadi penambah amal dan penghapus dosa kita.
Bahwa nilai jama'ah kita akan di teruskan kepada hati kita masing-masing untuk mencanangkan perubahan dalam jasad. Bukan menyandarkan kepada imam dan khotib untuk membersihkan dosa-dosa kita sepanjang seminggu. Jika semua nilai ini di rumuskan akan mendapat sebuah arti lebih manakala istiqomah kita terus dilakukan akan membuahkan minimalnya dosa berangsur terkikis dan menambah barisan amal tabungan sepanjang sejarah hidup kita. Tumpukkan kata hamdallah, sholawat, syahadat, nasehat dan doa dari khatib di tambahan sholat sunnah dan iktikaf menjadi indah di telingga masuk ke qolb, sehingga berusaha selalu sujud kepadaNya untuk distribusi bentuk perilaku sehari-hari dalam seminggu ke depan dan akan terus berlanjut hingga mati.  Saat di alam kubur jiwanya tidak akan sengsara dengan menangisi kealpaannya mengartikan maksud khatib..
Wallahu 'alam bishowwab
Penulis :
Crowja Garichu

No comments:

Post a Comment

 
back to top