Tuesday, May 10, 2011

REAL'S COUNTER CLOCKWISE?

Ibarat sebuah mata air, setiap manusia akan menemukan kenikmatan dalam menjalani hidupnya, entah lama atau sekejap dalam setiap perjalanan hidupnya. Terkadang mata air itu mengalir deras, kadang terhalang semar belukar, sampah dan lainnya. Terkadang mata air itu keruh terkena hembasan hujan sehingga suram namun tetap jadi sebuah mata air. Namun jarang sekali manusia yang MERASA menemukannya, karena kurangnya rasa humor terhadap nikmat Allah. Berfikir bahwa nikmat yang di raih adalah mutlak karena dirinya telah bekerja keras. Padahal banyak sekali nikmat yang berasal dari kenikmatan seseorang yang dibagi untuk dirinya. Inilah yang membuktikan setiap individu akan mempunyai rasa sombong terhadap kelebihan baik itu kekayaan, kesuksesan, ketampanan, kecantikan dan segala bentuk yang menyegarkan raga.

Dunia memang indah, lebih indah lagi apabila di temani oleh kekasih, seolah dunia hanya punya mereka berdua yang lainnya ngontrak. Sangat indah bila sedang bercinta, akan terasa hambar bila sudah menyatu, akan dilupakan bila sudah bosan. Masih berpacaran sangat asyik, berangkat berumah tangga menarik, mempunyai anak mulai melirik, beranjak uban mulai keladi. Siapa yang akan memungkirinya berarti tidak punya dosa. Segudang anugrah sudah dilimpahkan menjadi sebuah kenyataan hidup yang sangat nikmat, diberi pekerjaan yang layak, diberi anak yang lucu-lucu, diberi kenikmatan rumah dan kendaraan yang indah. Diberi kesempatan menikmati semua yang menyenangkan di dunia. Apapun bisa di beli dari membeli bakso sampai membeli harga diri orang lain. Semua bisa dilakukan oleh manusia yang mempunyai kelebihan UANG. 

Berangkat dari senilah sebuah keberadaan setiap insan akan di uji dalam setiap kepemilikan wajah yang tampan dan cantik, harta yang melimpah, kesuksesan pekerjaan dan lainnya pula. Jika kuat mereka akan berjaya, jika terlena mereka akan di beri sebuah cobaan. Banyak sudah hal baik yang diberikan Allah manakala sebuah kepemilikan akan hak Allah dipertahankan oleh setiap manusia. Hanya hak Allah, bukan hak manusia memiliki harta dan semua yang berbau kenikmatan di dunia. Sudah kaya raya, diberi cobaan tidak bisa kentut sehingga setiap saat dia ke dokter. Sampai tidak bisa menikmati nikmatnya tidur, soalnya tidak bisa kentut. Perut kembung, keras dan rasanya tidak karuan. Setiap saat tidak bisa merasakan duduk dengan nyaman, seolah ada duri menusuk-nusuk perutnya. Sehingga ajal menjemputnya.

Ini baru sekelumit kisah ataupun contoh, sebuah kenikmatan yang tidak bisa dirasakan, yaitu kenikmatan kentut. Apa yang bisa dipetik dari contoh tadi adalah bahwa sebuah raga manusia akan tetaplah raga yang akan merasakan sakit dan akhirnya mati karena diambil nyawanya oleh Allah. Inilah hak Allah yang dititipkan oleh manusia untuk dijaga menjadi lebih baik. Kewajiban kita bukanlah mempertahankan hak Allah tetapi menjaga hak Allah dan melaksanakan kewajiban syukur kita akan kenikmatan jasad yang diberikan dengan selalu memberikan nikmatnya untuk dibagikan ke orang lain.
Jarang sekali setiap insan akan memikirkan orang lain apalagi sampai hal yang kecil. Sudah pasti setiap manusia melakukan aktifitasnya untuk mempertahankan eksistensi dirinya dan jarang peduli terhadap sesama. Mungkin banyak digembar gemborkan pada setiap pengajian akan nilai kebaikan menanamkan akhlak yang baik kepada orang lain, kepada tetanggga, saudara, teman, kerabat, rekan kerja dan sebagainya. Namun dalam kenyataannya setelah lepas dari setiap pengajian sambil pulang berjalanpun menendang batu ke tengah jalan. Sungguh sebuah tatanan jiwa yang menginginkan surga namun lupa akan kenikmatan surga itu sendiri

Jika setiap manusia hanya melaksanakan rutinitas istiqomah yang wajib saja, pastilah akan terhalang oleh sebuah tabir yang menutupi hatinya. Bagaimana penambahan hidup yang lainnya? Penambahan nilai menuju pelaksanaan apa yang dilakukan secara istiqomah. Secara konkrit di artikan bahwa setelah melaksanakan sholat lima waktunya, manusia akan berjalan di seantero dunia mencari kelebihan akal fikirnya, yaitu meneruskan hidup untuk bisa beribadah di dunia. Dalam mencari, haruslah selalu ditanamkan amaliah dari sholatnya, sehingga akan menumbuhkan empati terhadap lingkungan dan sesamanya. Apabila ini di abaikan, maka yang terjadi di dunia manapun bahwa pembelajaran tentang sholat/menghadap Allah hanya dilakukan antara hamba dan Allah. Selebihnya setelah lepas dari menghadapNya, setiap dari mereka akan melupakan bagaimana pertemuan dengan Allah tadi, apa saja yang disampaikan Allah terhadap kita. Apa pula yang disampaikan kita kepadaNya. Yang terjadi adalah sebuah warna dari pribadi dan karakter manusia yang tidak bisa mengikis penyakit hati yang terus bersarang dalam darah dan daging.

Bila waktu bisa berputar, setiap manusia pasti akan memilih pasangan hidupnya yang terbaik. Jika waktu bisa diputar semua manusia akan beribadah dan menyembah Allah mutlak tanpa tendensi apapun. Bila waktu bisa di putar pastilah tidak mungkin manusia akan menyakiti manusia yang lain. Jika waktu bisa di putar tidak ada waktu untuk berbuat tamak, iri dan dengki. Jika waktu mau berputar, pastilah setiap yang mati ingin kembali hidup dalam reinkarnasi yang panjang. Dan jika waktu mampu di putar apakah kita mau menjadi orang yang sabar menerima cobaan Allah??
Real's Counter Clockwise hanya sebuah keadaan yang akan di mimpikan setiap manusia untuk bisa merubah setiap keputusan hidupnya. Mampukan setiap dari kita akan manjalani takdir hidup? Tentunya tidak semua manusia akan mampu menerima cobaan yang serupa. Pastilah sudah di ukur taraf kekuatannya oleh Allah SWT. Marilah kita menjadi pribadi yang baik, yang selalu menunjukkan upaya perbaikan diri dan orang lain. Bukannya setiap saat memberi kejelekan terhadap manusia yang lain. Setiap hari hanya membicarakan kejelekan orang lain, tidak pernah berfikir apakah diri kita sudah menjadi orang baik dihadapan semua orang dan di hadapan Allah SWT.

Bila belum mendapatkan hadiah dari Allah yaitu cobaan hidup. Pastilah setiap dari mereka belum mengerti bagaimana hidup bila selalu digunjing dan dihina oleh semua orang. Begitu sakit dan menyedihkan. Dan apabila akhirnya ikut merasakan pastilah akan bisa berbicara lewat hati bukannya dengan jatamnya lidah.

Catt :
Bila waktu bisa di putar tidak akan pernah seorang Crowja menginjakkan kakinya di makro.
 
Wallahu'alam bish showab

Penulis
Crowja Garichu

No comments:

Post a Comment

 
back to top